Waktu Terbaik untuk Berhubungan Suami Istri dalam Ajaran Islam


Dalam Islam hubungan antara suami istri tidak hanya sekedar untuk melampiaskan hasrat semata, melainkan sebagai bentuk ibadah kepada Allah SWT. Dan Islam juga menganjurkan agar hal tersebut dilakukan pada waktu-waktu yang baik.

Waktu Terbaik untuk Berhubungan Suami Istri dalam Ajaran Islam

Islam bukan agama yang mengkebiri sya*wat manusia, dan bukan pula agama yang memperbolehkan pemeluknya untuk mengumbar sya*wat. Oleh sebab itu Islam memberikan jalan penyaluran nhal tersebut melalui jalan yang benar yaitu pernikahan. Pernikahan dalam Islam bukan hanya dipandang dari segi "itu" nya saja. Bahkan lebih dari itu, pernikahan merupakan salah satu pintu untuk menuju kesempurnaan dan dapat menghasilkan keturunan yang sholeh dan sholeha. Lalu kapankah waktu terbaik untuk berhubungan suami istri dalam ajaran islam ? Berikut penjelasannya.

1. Ketika Seorang Suami Membutuhkannya
Seorang suami dianjurkan untuk mendatangi istrinya. Dimana ketika itu suami secara tidak sengaja melihat seorang wanita dan diapun terpikat dengannya. Anjuran ini berdasarkan hadis dari Jabir bin Abdillah ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Wanita itu, ketika dilihat seperti setan (punya kekuatan menggoda). Karena itu, jika ada lelaki melihat wanita yang membuatnya terpikat, hendaknya dia segera mendatangi istrinya. Karena apa yang ada pada istrinya juga ada pada wanita itu. (HR. Turmudzi, Ibnu Hibban, ad-Darimi, dan yang lainnya. Sanad hadis ini dinilai shahih oleh Syuaib al-Arnauth).
 "Jika si istri dipanggil oleh suaminya karena perlu, maka supaya segera datang, walaupun dia sedang masak." (HR. Tirmidzi, dan dikatakan hadis Hasan).

2. Waktu Aurat
Yakni sebelum Shubuh, di waktu Dzuhur, dan sesudah Isya.

Dalam surat An-Nur ayat 58, Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum shalat subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di waktu dzuhur dan sesudah shalat Isya’. (Itulah) tiga waktu aurat bagi kamu. tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. 

Penjelasan mengenai ayat ini adalah, dulu para sahabat nabi terbiasa melakukan hubungan badan dengan istri mereka di tiga waktu tersebut. Kemudian setelahnya mereka mandi lalu berangkat shalat. Karena itulah Allah memerintahkan agar mereka mendidik para budak dan anak yang belum baligh, untuk tidak masuk ke kamar pribadi mereka di tiga waktu tersebut, tanpa izin. (Tafsir Ibn Katsir, 6/83).

3.Di Akhir Malam, Setelah Tahajud
”Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidur di awal malam, kemudian bangun tahajud. Jika sudah memasuki waktu sahur, beliau shalat witir. Kemudian kembali ke tempat tidur. Jika beliau ada keinginan, beliau mendatangi istrinya. Apabila beliau mendengar adzan, beliau langsung bangun. Jika dalam kondisi junub, beliau mandi besar. Jika tidak junub, beliau hanya berwudhu kemudian keluar menuju shalat jamaah. (HR. an-Nasai 1680 dan dishahihkan al-Albani)

4. Malam Senin (Minggu malam)
Nabi Muhammad SAW berpesan kepada Ali bin Abi Thalib ra, “Wahai Ali, hendaknya engkau melakukan hubungan dengan istrimu pada malam senin. Sesungguhnya apabila Allah SWT mengaruniakan kepadamu anak, maka ia akan menjadi penghapal al-Qur’an dan rela terhadap yang telah ditentukan Allah SWT atasnya”. [Syeikh Radhiyuddin Abi Nashril Hasan bin Al-Fadl ath-Thabarsi, ulama besar pada abad ke-6 HQ, Makarimal-Akhlak, hal 211]

5. Malam Selasa (Senin malam)
Nabi Muhammad berpesan kepada Ali bin Abi Thalib ra, “Wahai Ali, jika engkau melakukan hubungan dengan istrimu pada malam selasa, dan apabila Allah SWT mengaruniakan kepadamu anak, maka ia akan dikaruniai kesyahidan dan tidak akan menyimpang dari kebenaran.” [Wasail asy-Syi’ah, al-Hurr al-Amili jilid 20 halaman 254 dinukil dari Adab Zafaf halaman 84]

6. Malam Kamis (Rabu malam)
Nabi Muhammad berpesan kepada Ali bin Abi Thalib ra,: “Wahai Ali, jika engkau melakukan hubungan dengan istrimu pada malam kamis, dan jika Allah SWT mengaruniakan kepadamu anak, maka  anak itu akan menjadi penguasa yang adil dari para penguasa serta dapat menjadi salah seorang ulama dari para ulama”. [Wasail asy-Syi’ah, al-Hurr al-Amili jilid 20 halaman 254 dinukil dari Adab Zafaf halaman 84]

7. Hari Kamis, Ketika Menjelang Matahari Tergelincir  (Menjelang Dzuhur)
Nabi Muhammad berpesan kepada Ali bin Abi Thalib ra, “Wahai Ali, jika engkau melakukan hubungan dengan istrimu pada malam kamis, sesungguhnya apabila Allah SWT mengaruniakan kepadamu anak,  maka syetan tidak akan mendekatinya, dan ia akan memiliki pemahaman yang sangat (cerdas) kemudian Allah SWT akan menganugrahkan kepadanya keselamatan dalam agama dan dunia. [Wasail asy-Syi’ah, al-Hurr al-Amili jilid 20 halaman 254 dinukil dari Adab Zafaf halaman 85]

8. Malam Jum’at (Kamis Malam)
Nabi Muhammad berpesan kepada Ali bin Abi Thalib ra, “Wahai Ali, jika engkau melakukan hubungan dengan istrimu pada malam jum’at, dan apabila Allah SWT mengaruniakan kepadamu anak,  maka ia akan menjadi seorang orator ulung”. [Syeikh Radhiyuddin Abi Nashril Hasan bin Al-Fadl ath-Thabarsi, ulama besar pada abad ke-6 HQ, Makarimal-Akhlak, hal 211]

9. Jum’at Sore (Setelah Ashar,Sebelum Maghrib)
Nabi Muhammad berpesan kepada Ali bin Abi Thalib ra,: “Wahai Ali, jika engkau melakukan hubungan dengan istrimu pada waktu jum’at sore, dan jika Allah SWT mengaruniakan kepadamu anak, maka ia akan menjadi seorang figur yang terkenal dan atau ilmuwan (ulama).

10. Malam Jum’at, Setelah Waktu Isya’ Berlalu (Akhir Malam/Dekat Subuh)
Nabi Muhammad berpesan kepada Ali bin Abi Thalib ra,: “Wahai Ali, jika engkau melakukan hubungan biologis dengan istrimu pada akhir malam jum’at, dan jika Allah SWT mengaruniakan kepadamu anak, maka ia akan menjadi seorang wali (ibdal)

11. Pada Malam Awal Puasa / Tanggal Satu Ramadhan
Berkenaan dengan hal ini Ali bin Abi Thalib ra berkata: “Disunahkan untuk berhubungan badan suami istri pada malam awal bulan Ramadhan. Karena Allah dalam surat al-Baqarah ayat 187 telah berfirman: “ Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu…” [Wasail asy-Syi’ah, al-Hurr al-Amili jilid 20 halaman 254 dinukil dari Adab Zafaf halaman 85]

Demikianlah penjelasan mengenai waktu terbaik untuk berhubungan suami istri dalam Islam. Dan yang terpenting berdoalah kepada Allah SWT sebelum dan sesudah melakukan hubungan tersebut, agar dikaruniai keturunan sehingga kebahagiaan menjadi lengkap. Wallahu’alam.

0 Komentar untuk "Waktu Terbaik untuk Berhubungan Suami Istri dalam Ajaran Islam"

Back To Top