Pernikahan adalah sebuah komitmen bersama antara seorang pria dan wanita yang dilandasi cinta dan agama untuk membangun sebuah kehidupan baru di masa depan. Menikah memiliki arti siap setia kepada pasangan hidup sampai ajal memisahkan.
Masa awal pernikahan adalah masa yang sangat menyenangkan, semuanya serba romantis dan rasa cinta juga masih sangat besar. Akan tetapi menjelang usia 5-10 tahun pernikahan, maka godaan awal pernikahan mulai berdatangan. Dimulai dari adanya rasa bosan, kemudian kesibukan dengan hal masing-masing dan juga masalah psikologis.
Ketika telah tiba pada fase yang seperti ini, cukup banyak wanita yang ketakutan jika sang suami sedang mengalami fase puber kedua. Terlebih lagi bila terjadi perubahan sikap dan perilaku dari seorang pria dewasa. Selain itu, menurut mitos fase ini adalah fase rawan, sehingga istri memiliki peran yang harus kuat untuk menggenggam cinta dan kesetiaan suami agar tak lepas darinya. Lantas, benarkah dalam rentang hidupnya seorang laki-laki mengalami dua kali masa puber ? berikut ulasan selengkapnya.
Pubertas merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis. Selain itu, masa puber datang seiring dengan perkembangan hormon-hormon seksual pada diri anak-anak. Disamping itu karena pengaruh hormon ini, bukan hanya organ reproduksi yang menjadi matang dan siap berfungsi, namun sisi emosi dan kejiwaan pun berubah. Yang kemudian membawa kematangan dalam bersikap, berpikir dan bertindak seperti orang dewasa secara bertahap.
Oleh sebab itu, tidak mengherankan bila anak-anak di masa pubertas, sering mengalami perubahan rasa hati, emosional dan seperti kebingungan mau berbuat apa. Namun, satu hal yang juga menjadi ciri kuat anak-anak di masa pubertas adalah ketertarikan pada lawan jenis. Sementara pada orang dewasa, istilah puber kedua lebih dikaitkan dengan perkembangan psikologis.
Dr. Aditya Suryansyah, Sp.A di sela peluncuran buku Panik Saat Puber? Say No, mengatakan bahwa, “Biasanya di usia yang matang, para orang dewasa mulai mengalami penurunan hormon sehingga takut menjadi tua. Dan akibatnya mereka jadi lebih memperhatikan penampilannya, sehingga mirip dengan perilaku remaja yang berusia 17-20 tahun.”
Dengan demikian, keengganan memasuki masa tua ini memunculkan perilaku yang berkaitan dengan sikap romantisme dan minat psikoseksual kepada lawan jenis. Akan tetapi dari sisi medis, sebenarnya tidak ada masa puber kedua.
Seorang psikolog dan juga dosen Psikologi Klinis di Universitas Indonesia, Yati Utoyo Lubis mengatakan bahwa, “Secara psikologis, puber itu cuma sekali yang terjadi pada laki-laki dan perempuan ketika memasuki masa akil baligh.”
Oleh sebab itu, “secara tahapan perkembangan individu tidak dikenal masa puber kedua, sehingga segala ciri maupun gejala “kembali puber” yang nampak dari sesosok manusia dewasa lebih dikarenakan adanya problem-problem tertentu sebagai latar belakang masalah.” Ujar Yati lagi.
Lalu bagaimana dengan para suami yang bertingkah laku seolah tengah mengalami “puber kedua” tersebut ?
Yati pun mengungkapkan bahwa “Mereka yang bertingkah laku seperti itu, kebanyakan mereka yang kurang percaya diri atau justru kurang perhatian.” Selain itu, pada usia 40an biasanya sudah terjadi berbagai perubahan pada diri seorang lelaki, baik secara fisik, kemapanan finansial maupun aktivitas seksual. Hal ini disebabkan karena kemampuan dan hormon seksual laki-laki juga mengalami penurunan yang disebut dengan andropause, meskipun relatif lebih stabil dibandingkan perempuan.
Dengan demikian, bila mereka kemudian tak siap menghadapi kenyataan ini atau memiliki kepercayaan diri yang rendah, maka mereka akan mencari jalan untuk “unjuk gigi” lewat perilaku mencari-cari perhatian, tampilan baru atau bergenit-genitan.
Oleh sebab itu, Yati mengingatkan bagi para istri untuk sigap pula menghadapi masa paruh baya dirinya dan pasangan. Meski telah lama menjalani kehidupan pernikahan, maka bukan berarti bahwa kita bisa menjadi kurang perhatian pada hal-hal yang bersifat fisik atau personal. Padahal, sampai kapanpun setiap pasangan akan tetap memerlukan perhatian istimewa, merasa dibutuhkan dan dicintai serta tetap merasa dirinya masih menarik bagi pasangan.
Selain dapat menyuburkan rasa cinta, pujian kecil seperti “Pak, kamu ganteng deh atau “Kamu selalu bisa menarik hati saya” bisa meningkatkan kepercayaan diri pasangan, sehingga tidak perlu untuk mencari pembuktian-pembuktian lain di luar rumah.
Dengan begitu sebagai seorang istri yang telah merasakan adanya perubahan-perubahan pada diri suaminya, maka ada baiknya untuk lebih memberikan perhatian kepada sang suami karena hal tersebutlah yang paling dibutuhkan olehnya. Sehingga tidak perlu mencari pembuktian di luar rumah. Semoga bermanfaat.
0 Komentar untuk "Benarkah Memang Ada Puber Kedua Bagi Laki-Laki ? "