Sejarah Perkembangan Militer Islam


Dalam perkembangannya, kemiliteran tentara Islam dimulai dengan tatanan yang sangat sederhana. Dan terus berkembang dengan pesat hingga menjadi tentara modern yang memiliki manajemen khusus. 

Terlebih lagi di masa kepemimpinan Umar bin Khattab, kemiliteran Islam semakin berkembang. Dan untuk pertama kalinya disusun kode etik militer yang bertujuan untuk mengatur urusan prajurit dan terus dipakai hingga saat ini.

Sejarah Perkembangan Militer Islam

Namun tahukah kamu bahwa ternyata umat Islam merupakan salah satu panutan dalam dunia militer ? Pasalnya kaum muslimin merupakan inventor (penemu) banyak teknik dan strategi berperang. Bahkan beberapa diantaranya berhasil menjadi penemu pertama teknologi dan senjata perang terbaru pada saat itu. Lantas bagaimanakah sejarah perkembangan militer Islam ? Berikut ulasan selengkapnya.

Sebelum kedatangan Islam, orang-orang Arab tidak memiliki manajemen khusus ketentaraan. Dalam tradisi mereka, pasukan atau tentara adalah setiap orang yang mampu menggunakan pedang dan akan berperang jika ada seruan untuk perang. Senjata yang mereka gunakan adalah pedang, tombak dan panah. Selain itu pasukannya akan dipimpin oleh seseorang yang paling ditokohkan dan dikenal pemberani. Sebagaimana disebutkan dalam Tarikh al-Hadharah al-Islamiyah wa al-Fikr al-Islami, oleh Abu Zaid Syalbi hal. 150.

Namun ketika Islam datang dan jihad telah disyariatkan maka setiap muslim adalah tentara. Dimana pada saat itu Rasulullah SAW menjadi pucuk pimpinan tertinggi pasukan Islam. Ketika beliau wafat, maka kemiliteran Islam mengalami perubahan dan perkembangan. Sebab medan pertempuran semakin banyak dan pasukan-pasukan yang  berada ditempat yang berbeda-beda adalah penyebabnya.

Diantara para khalifah yang menjadi pucuk pimpinan milter Islam adalah Umar bin Khattab. Ia merupakan sosok pemimpin yang sangat perhatian dengan keadaan prajurit. Pada masa kepemimpinannya mulai disusun kode etik militer untuk mengatur urusan prajurit. Dimulai dari mendata nama-nama tentara, membagi tugas-tugas mereka dan mengeluarkan gaji untuk mereka. 

Sehingga negara Islam kian luas, ghanimah melimpah dan dunia menerima Islam serta menjadikan Islam kokoh diberbagai daerah. Dan di zaman Umar pula dibangun markas-markas militer dengan bangunan yang permanen. Dimana tempat tersebut dijadikan barak tempat peristirahatan pasukan saat dalam perjalanan. Serta dibangun pula benteng-benteng di Basrah, Kufah, Fustat untuk mengantisipasi serangan musuh. Lalu Bani Ummayah menyempurnakan pembangunan militer yang digagas oleh Umar bin Khattab. Dan mereka juga menyempurnakan tata aturan serta kode etik militer serta memperbesar anggaran militer

Selain itu, Umat Islam juga dibimbing langsung oleh Allah SWT sebagaimana dalam surat Ash-Shaff ayat 4 bahwa, 

“Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.” 

Sehingga sejak saat itu mulailah umat Islam membentuk barisan pasukan. Terutama saat wilayah Islam semakin luas. Bahkan pamor kemiliteran umat Islam setara dengan militer bersejarah seperti Romawi dan Persia. Dengan demikian umat Islam dikenalkan dengan pasukan garis depan (front line), sayap kiri, sayap kanan dan pasukan inti yang berada di tengah. Serta ada pula yang ditempatkan juga di batalyon dibagian belakang. (Kamal Adnani Ismail dalam Dirasat fi Tarikh an-Nazhm al-Islamiyah, Hal: 167)

Dimana pasukannya terdiri dari kavaleri (penunggang kuda) dan infantri (jalan kaki). Bahkan umat Islam  memiliki pasukan khusus yang disebut an-Naffathah yaitu pasukan yang memiliki kemampuan menembak dengan panah api sambil menunggang kuda. Dan pasukan ini tersebar di masa Daulah Abasiyah, dan menjadi pasukan andalam di perang Salib. 

Selain itu tentara Islam juga dibekali dengan senjata yang cukup.Misalnya pedang, tombak, busur panah serta alat-alat berat seperti Manjaniq (senjata yang digunakan untuk melempar batu penjebol dinding dan ad-Dabbahbah yang membantu pasukan terdepan untuk menerobos ke benteng musuh. 

Lalu ada pula senjata pelindung tubuh dari serangan musuh, seperti helm, perisai dan baju besi. Bahkan saat itu sudah ada senjata peledak sederhana dan senjata ini terus dikembangkan.

Dan yang lebih membanggakan ialah ternyata pasukan Islam merupakan yang pertama menggunakan bubuk mesiu. Bahkan umat Islam telah mengenal teknologi ini sebelum orang-orang Barat mengenalnya.  Untuk pertama kalinya bubuk mesiu digunakan di Mesir, sebab nitrit banyak terdapat disana. Bahkan ketika terjadi peperangan di Maroko, Ibnu Khaldun mengatakan bahwa Bani Marin telah menggunakan ledakan mesiu dalam perang-perang mereka khususnya saat merebut kota Sijilmasa. Selain itu, sultan mereka Ya'qub bin Abdul Haq disebutkan telah membuat sebuah meriam. (Ibnu Khaldun dalam al-'Ibar wa Diwan al-Mubtada wal al-Khabar, 7/188). Dimana peristiwa ini terjadi pada tahun 672 H.

Begitu pula orang-orang Mamalik yang telah menggunakan meriam dalam peperangan. Mereka juga memodifikasi meriam dengan berbagai tipe, ada yang besar dan ada yang kecil. Dan berat peluru yang digunakan saat itu mulai 10 pon hingga 100 pon. 

Bahkan ak-Qalqasyandi mengatakan bahwa Sya'ban bin Husein yang menggantikan posisi Sultan Shalahudin bin Aram memiliki sebuah pistol yang terbuat dari tembaga dan timah, yang memiliki peluru besi dengan jarak tembak yang jauh (al-Qalqasyandi dalam Shubhu al-A'sya, 2/153). Dan hal ini menunjukkan inovasi dan kemajuan luar biasa yang dicapai oleh umat Islam dalam produksi senjata. 
0 Komentar untuk "Sejarah Perkembangan Militer Islam"

Back To Top