Kehidupan di dunia ini bukanlah merupakan sebuah kehidupan yang kekal, melainkan hanya sementara. Kehidupan di dunia merupakan sebuah permainan, ada kalanya bergembira dan ada kalanya bersedih. Susah dan senang silih berganti. Namun kesenangan itu merupakan sebuah kesenangan yang menipu, sedangkan sedihnya hanyalah bersifat sementara. Keadaan ini amat berbeda dengan kehidupan akhirat, kehidupan yang sebenarnya.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Hadiid, ayat 20 bahwa,
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah sebuah permainan dan senda gurau, dan perhiasan dan bermegah-megah antara kamu, dan berbangga-bangga tentang harta dan anak-anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan petani, kemudian ia kering, maka kamu melihatnya kuning, kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat ada azab yang keras dan keampunan daripada Allah dan keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”
Dunia dapat membuat kita lalai kepada Allah SWT, Sang Maha Pencipta. Banyak diantara umat manusia yang sibuk dengan urusan dunianya dan melupakan kewajibannya sebagai seorang hamba. Tidak sedikit yang beribadah kepada Allah SWT tetapi dengan niat untuk di puji manusia lainnya. Dan ada juga yang sibuk mengejar harta untuk kehidupannya di dunia, tanpa mengingat bekal yang harus dipersiapkan untuk di akhirat kelak. Sikap yang demikianlah yang dikatakan terlalu mencintai dunia.
Seseorang dikatakan terlalu mencintai dunia jika ia hanya memikirkan dan mengejar kehidupan dunianya saja, kalau sudah demikian maka akan timbul berbagai penyakit hati. Semakin cinta pada dunia, maka akan semakin serakah, sombong dan tidak tahu malu. Merasa belum cukup dengan apa yang telah diberikan, sehingga akan selalu berusaha untuk dapat memenuhi keinginan hawa nafsunya. Selain itu seseorang dikatakan terlalu cinta dunia jika ia memiliki sikap takut kehilangan. Dia akan merasa takut sesuatu yang telah dimilikinya diambil oleh orang lain, entah itu harta maupun kedudukannya. Oleh sebab itu, para pecinta dunia tidak pernah merasakan ketenangan dan bahagia dalam hidupnya.
Seseorang yang terlalu mencintai dunianya, akan merasa takut dengan kematian. Disebabkan di dalam hatinya, ia merasa belum cukup dengan apa-apa yang telah dimilikinya. Tanpa pernah memikirkan sedikitpun bagaimana yang akan terjadi pada dirinya setelah kematian datang menjemput.
Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh Tsauban ra, Rasulullah SAW bersabda,
“Hampir terjadi keadaan yang mana umat-umat lain akan mengerumuni kalian bagai orang-orang yang sedang makan mengerumuni makanannya.” Lalu salah sahabat bertanya, “Apakah karena sedikitnya kami ketika itu?” Rasulullah SAW pun menjawab, “Bahkan pada saat itu kalian banyak jumlahnya, akan tetapi kalian bagaikan ghutsa’ (buih kotor yang terbawa air saat banjir). Dan pasti Allah akan mencabut rasa segan yang ada di dalam dada-dada musuh kalian, kemudian Allah campakkan kepada kalian rasa wahn.” Sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah Wahn itu ?” Beliau berkata, “Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Daud)
Akibat Terlalu Memikirkan Dunia
Ketika seseorang terlalu sibuk dalam mengejar kehidupan dunianya sehingga lalai melaksanakan kewajibannya, maka yang akan tertanam empat penyakit di dalam dirinya. Ke empat penyakit itu adalah :
1. Selalu merasa kebingunan yang tidak ada putusnya
2. Selalu merasakan kesibukan yang tanpa ada ujungnya
3. Selalu merasa semua kebutuhannya tidak pernah terpenuhi
4. Menyadari bahwa semua keinginannya tidak pernah tercapai
Hal ini sesuai dengan yang pernah Rasulullah SAW katakan tentang empat penyakit yang ada dalam diri seseorang yang terlalu mencintainya dunianya.
Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang bangun di pagi hari dan hanya (harta) dunia yang dipikirkannya, sehingga seolah-olah ia tidak melihat hak Allah dalalm dirinya maka Allah akan menanamkan empat penyakit dalam dirinya, yaitu : kebingungan yang tidak ada putus-putusnya, kesibukan yang tidak pernah ada ujungnya, kebutuhan yang tidak pernah terpenuhi, dan keinginan yang sulit dicapai.” (HR. Imam Thabrani)
0 Komentar untuk "Begini Akibat Dari Terlalu Memikirkan Dunia"