Berbicara dan diam ibarat dua sisi dari sekeping uang yang tidak
mungkin dipisahkan. Keduanya merupakan nikmat yang amat besar yang diberikan
Allah kepada umatnya. Ketika berbicara, manusia berinteraksi dengan sesama.
Adab berbicara yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW adalah berbicara yang
seperlunya, tidak berlebihan. Berbicara hanya yang baik dan meninggalkan
pembicaraan yang tidak bermanfaat.
Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa
yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia berkata baik atau
diam, barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, maka hendaklah ia
memuliakan tetangga dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat,
maka hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari)
Banyak berbicara selain yang terkait dengan dzikir kepada Allah SWT
membuka peluang terjerumusnya manusia ke dalam urusan yang tidak bermanfaat. Dan
diantara pembicaraan yang mendorong seseorang banyak berbicara adalah
pembicaraan yang tidak penting.
Keutamaan dalam Diam
Diam memiliki keutamaan bila dibandingkan dengan berbicara yang tidak
memiliki manfaat. Sebagaimana yang diceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah
menjelaskan tentang keutamaan dalam diam.
Rasulullah SAW bersabda, “Shalat adalah tiang agama, sedangkan diam
itu ibadah yang lebih utama. Bersedekah dapat mereda murka Allah SWT sedangkan
diam itu ibadah yang lebih utama. Puasa dapat menjadi perisai dari api neraka
sedangkan diam itu ibadah yang lebih utama. Jihad adalah puncaknya agama
sedangkan diam itu ibadah yang lebih utama.”
Rasulullah SAW kemudian berkata “Sesungguhnya diam adalah bentuk
ibadah yang paling tinggi.” (HR. Dailami, dari Abu Hurairah)
Namun yang dimaksud dengan diam disini adalah diam dari sesuatu hal
yang tidak memiliki manfaat, baik dalam urusan dunia maupun akhirat, serta diam
ketika bisa membalas cemoohan orang lain. Diam dikatakan termasuk ibadah yang
paling tinggi karena banyak kesalahan dan dosa yang berasal dari lisan. Bahaya
berbicara itu sangat banyak, Rasulullah SAW bersabda, “Bukankah manusia
terjerumus ke dalam neraka karena tidak dapat mengendalikan lidahnya.” (HR. Abi
Daud)
Setiap yang dibicarakan oleh seorang manusia entah itu mengenai
sesuatu hal yang baik ataupun buruk, maka semuanya akan dicatat oleh malaikat
Raqib dan ‘Atid yang senantiasa berada didekatnya. Hal ini telah dijelaskan
oleh Allah SWT di dalam surat Qaf ayat 18, bahwa : “Tiada suatu ucapan pun yang
diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.”
Rasulullah SAW bersabda, “Tiap-tiap ucapan anak Adam menjadi tanggung
jawabnya, kecuali menyebut nama Allah, menyuruh berbuat makruf dan mencegah
kemungkaran.” (HR. Ibnu Majah)
Hikmah Yang Terkandung dalam Diam
Rasulullah SAW bersabda bahwa :
“Diam merupakan perhiasan bagi orang ‘alim dan selimut bagi orang bodoh.” (HR. Abu Syaikh, dari Muharriz)
“Diam merupakan perhiasan bagi orang ‘alim dan selimut bagi orang bodoh.” (HR. Abu Syaikh, dari Muharriz)
“Diam merupakan akhlaq yang
paling utama.” (HR Dailami, dari Anas ra)
“Diam mengandung banyak hikmah,
namun sedikit yang melakukannya.” (HR. Qadha’i dan Dailami)
“Jihad yang paling utama yaitu memerangi
hawa nafsu karena Allah.” (HR. Dailami)
0 Komentar untuk "Empat Keutamaan Dalam Diam"