Jangan menjelek-jelekkan makanan yang tersedia di depan kita. Kalau memang tidak menyukai makanan tersebut, boleh langsung ditinggalkan saja, tapi tidak dengan menjelek-jelekkannya atau berkomentar yang seolah-olah tidak mensyukuri pemberian Allah.
Makanan merupakan rizki dari Allah, dan dengan mengomentari, mengeluh atau menjelek-jelekkan makanan yang sudah diberikan, otomatis itu tandanya kita tidak bersyukur. Disunnahkan untuk memuji makanan, bukan mencelanya, seperti yang dikatakan di dalam kitab Riyadhus Sholihin oleh Imam Nawawi.
Dalam Islam, mencela makanan sangat tidak baik dan tidak patut dicontoh dan untuk mengetahui bukti bahwa makanan perlu dihargai di dalam Islam, berikut penjelasannya.
Jangan Menjelek-jelekkan Makanan sebagai Adab yang Baik
Tidak semua orang bisa makan enak, namun namanya manusia kerap mengeluh dan mengomentari makanan yang telah tersedia di depannya hanya karena ia sedang tidak ingin makan makanan tersebut. Mungkin beberapa mengomel dan berkomentar karena tidak menyukai rasanya, tapi sebaiknya tidak mencela makanan. Bila memang tidak suka, tidak usah dimakan tanpa mengomentari dengan kata-kata yang tidak baik.
Abu Hurairah pernah mengatakan dan memberi tahu kita bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah satu kalipun mencela satu makanan. Beliau akan langsung menyantapnya bila menyukai makanan tersebut, tapi beliau akan langsung meninggalkannya atau tidak menyantapnya jika tidak menyukainya.
Bahkan di Bahjatun Nazhirin juga dikatakan supaya jangan sampai Anda menjelek-jelekkan makanan. Dengan melihat contoh yang diberikan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga apabila menghadapi makanan yang sebenarnya bukan selera kita, maka sebaiknya tidak memakannya dan meninggalkannya, bukan dengan berkomentar mencela.
Dikatakan juga oleh Ibnu Baththol bahwa bila menemukan makanan yang kita tidak menyukainya lalu menjelek-jelekkannya, maka ucapan jelek tersebut disamakan dengan telah menolak rizki yang diberikan oleh Allah.
Dijelaskan pula oleh Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin rahimahullah bahwa minuman serta makanan yang disodorkan atau disajikan pada kita, hendaklah kita bisa mengetahui bahwa Allah telah memberi nikmat kepada kita. Kita seharusnya mensyukurinya dan bukan mencelanya, dan jangan menjelek-jelekkan makanan dan minuman karena kalau suka silahkan dimakan, dan kalau tidak suka silahkan tidak usah makan.
Mungkin banyak dari kita masih bingung apa bedanya mencela makanan dengan memberi kritik saat seseorang memasak dan kita mencicipinya. Mengatakan bahwa masakan seseorang terlalu pedas atau asin atau semacam itu bukanlah kata-kata yang menjelekkan makanan. Hal seperti ini bukan masalah dan dianggap wajar karena kata-kata tersebut terlontar dengan maksud baik, yaitu memberi masukan kepada yang memasak supaya lain waktu ia memasak, rasanya bisa disesuaikan dan diperbaiki.
Jangan menjelek-jelekkan makanan dalam Islam artinya adalah tidak boleh mencela karena tidak bisa bersyukur, sebaliknya makanan haruslah dipuji dan hal tersebut juga disampaikan melalui hadits Jabir bin ‘Abdillah.
Disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menanyakan soal lauk ke keluarga beliau yang kemudian dijawab bahwa tidak ada lagi yang dimiliki selain dari cuka. Kemudian bersabdalah Nabi shallallahu alaihi wa sallam dengan mengatakan bahwa cuka adalah sebaik-baik lauk.
Lihat, cermati dan teladani apa yang menjadi perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di mana hanya ada cuka saat beliau meminta lauk. Bukan hanya memakannya, tapi beliau pun juga memberi pujian pada makanan tersebut. Bisa disimpulkan bahwa tidak semua yang kita suka mesti dituruti, bahkan keinginan untuk makan enak perlu ditahan seperti yang diajarkan di atas, namun jangan menjelek-jelekkan makanan.
0 Komentar untuk "Jangan Menjelek-jelekkan Makanan, Jika Tidak Suka Tinggalkan"