Mitos Sinterklas, Kebohongan Yang Dilestarikan


Natal yang dirayakan oleh umat kristen di seluruh dunia hampir selalu diidentikkan dengan Sinterklas atau Santa Claus. Sosok ini selalu dinantikan oleh anak-anak di setiap perayaan Natal di akhir tahun. Karena berdasarkan cerita yang ada, Sinterklas merupakan sosok baik hati yang selalu diiringi oleh rusa Natal yang dapat terbang keseluruh dunia untuk mengantarkan hadiah bagi anak-anak yang selalu bersikap baik sepanjang tahun.

Mitos Sinterklas, Kebohongan Yang Dilestarikan

Akan tetapi, dibalik penampilannya yang riang gembira, bermuka merah dengan tubuh tambun, sosok yang khas tersebut justru bisa memberi pendidikan buruk bagi anak-anak. Selain itu disebutkan pula bahwa Sinterklas yang diyakini sebagai sosok yang baik hati tersebut, ternyata hanyalah sebuah dongeng dan kebohongan belaka. Bagaimana bisa ? Berikut ulasan selengkapnya.

Sinterklas Sebagai Sosok Pemalas

Seorang akademisi Australia, Dr. Nathan Grills dari Universitas Melbourne mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa karakter unik Sinterklas dapat dipandang sebagai tokoh yang mempromosikan gaya hidup yang tidak sehat. 

Hal ini disebabkan karena tubuhnya yang selalu digambarkan tambun, maka Sinterklas dianggap sebagai tokoh yang terlalu banyak makan, minum dan kurang berolahraga. Dengan demikian, sifat-sifat pemalas tersebut sangat tidak bagus untuk anak-anak.

Seperti yang dikutip dari laman stasiun televisi ABC News, Grills meyakini bahwa dengan penampilannya tersebut, Sinterklas kemungkinan telah menjadi figur yang paling populer dan kini sering dimanfaatkan sebagai alat pemasaran produk. Bahkan di masa lalu, Grills mengungkapkan bahwa Sinterklas digunakan untuk mengiklankan produk-produk rokok. 

Sinterklas Mengajarkan Kebohongan

Setiap agama melarang umatnya untuk berbohong. Namun ketika menjelang Natal, kebanyakan orang tua membohongi anaknya dengan cerita tentang Sinterklas yang akan memberikan hadiah Natal saat mereka tidur. Dan kemudian saat mereka bangun, didalam kaus kaki yang digantungkan didepan pintu rumah telah berisi permen dan hadiah lainnya. Padahal, hal tersebut tidak mungkin terjadi begitu saja. Melainkan ada kebohongan dibelakangnya.

Kebohongan Tentang Sosok Sinterklas

Beberapa ilmuwan Kristen terkemuka di dunia mengungkapkan fakta kebohongan tentang Sinterklas. Adalah Herbet W Amstrong, Pastur Worldwide Cruch of God dan pendiri Ambassador College yang berhasil membongkar kebohongan tentang Natal yang dituangkan dalam buku The Plain Truth About Christmas. Bahkan tulisan tentang Sinterklas ditulis secara khusus dalam buku tersebut.

Berikut isi kutipan buku tersebut yang diterjemahkan oleh Masyhud SM dalam buku Misteri Natal terbitan Pustaka Dai Surabaya. 

Sebenarnya Sinterklas bukanlah ajaran yang berasal dari paganisme dan juga bukan ajaran Kristen. Sosok Sinterklas ini diciptakan oleh seorang pastur yang bernama Santo Nicolas yang hidup pada abad ke empat Masehi. 

Dalam Encyclopedia Britanica, volume 19 halaman 648-649, edisi kesebelas, disebutkan bahwa St. Nicholas merupakan seorang pastur di Myra yang amat diagung-agungkan oleh orang-orang Yunani dan Latin. Dan legenda Sinterklas ini berawal dari kebiasaan St. Nicholas yang suka memberikan hadiah secara sembunyi-sembunyi kepada tiga anak perempuan yang miskin.

Hal tersebut selalu dilakukan setiap tahunnya pada tanggal 6 Desember yang juga merupakan hari kelahirannya. Namun setelah ia meninggal, kultus Nicholas menyebar hingga ke Utara dan diadopsi oleh orang-orang kafir Jerman dan Celtic. Kelompok ini merupakan penyembah dewa yang dipimpin oleh Woden. Sosok Woden digambarkan sebagai seseorang yang memiliki janggut panjang, putih dan mengendarai kuda melalui langit di suatu malam setiap musim gugur. Dengan demikian St. Nicholas diintegrasikan sebagai sosok Woden.

Kemudian para penganut pagan di Eropa Utara, Gereja Katolik melakukan sebuah penawaran kepada orang-orang kafir Jerman dan Celtic tersebut dengan mengadospi kultus Nicholas dan mengajarkan mereka bahwa pendistribusian hadiah dilakukan setiap tanggal 25 Desember bukan tanggal 6 Desember seperti yang selama ini dilakukan. 

Oleh sebab itu, Sinterklas yang selama ini dikaitkan pada setiap perayaan Natal, bukanlah ajaran Kristen. Seperti yang ditulis oleh Herbet W Amstrong dalam penutup tulisannya bahwa perayaan Natal adalah tradisi penyembah berhala warisan Babilonia beberapa tahun yang lalu.

Bahkan dalam kitab 2 Kontinus 11:14 disebutkan bahwa perayaan Natal bukan ajaran Kristen yang sebenarnya, melainkan merupakan kebiasaan para penyembah berhala, warisan Babilonia ribuan tahun yang lampau. Begitu juga halnya dengan Sinterklas atau Santa Claus 

0 Komentar untuk "Mitos Sinterklas, Kebohongan Yang Dilestarikan"

Back To Top